Lama sekali yah cerita ini tidak dilanjutkan. Hehe habis aku lagi sibuk - sibuknya disekolah. Biasa anak rajin #jangandipercaya . Nah mending sekarang dilanjut aja gimana? Yuk. Semoga suka ya sama karya aku.
Tema : Cinta Remaja
Judul : Driver Love "Part 3"
Penulis : Donna Clara Eureka Madong
Pemeran Cerita : Recha Arneta, Raka Sebastian, Exellia Wisma, Gio Saputra, Rio Anggara ( Adik Recha )
HAPPY READING ! ENJOY !
#
_FLASHBACK ON_
Cklek. Pintu kamar terbuka, tanpa basa - basi Chaca mendorong Rio keluar dari kamarnya dg cepat Chaca menutup dan mengunci pintu dari dalam. Rio mengetuk - ngetuk pintu kamar Chaca berusaha untuk masuk lagi kedalam. Chaca berjalan pincang keatas kasurnya, dia berbaring kembali diatasnya.
"Fiuhhh...."
Dari balik pintu Rio tersenyum. Dia merasa lega karna Chaca masih sama
seperti dulu, sebelum nasib buruk itu terjadi. Sifat baik yang dimiliki
oleh Chaca, kakak kesayangannya itu.
"Rio bangga sama kakak. Pasti mama juga sependapat sama Rio dari sana.."
_FLASHBACK OFF_
Matahari sudah tampak sekitar 5menit yang lalu, sinarnya sangat terang membuat semua orang yang masih terlelap segera membuka matanya lebar - lebar. Tapi tidak untuk manusia yang satu ini, kalo sudah urusan tidur huhhh susahnya minta ampun buat dibangunin. Berasa kayak bangunin orang mati. Hahaha *menurutorangorangsekitarnya*
"Cha. Bangun. Papa sudah siapin sarapan buat kita bertiga. Rio sebentar lagi akan turun, Papa tunggu kamu dibawah.." ucap Papa Chaca. Dia membuka gorden dikamar Chaca lebar - lebar agar sinar matahri itu memasuki kamar yah berharap agar sinar matahari itu mengganggu acara tidur Chaca.
"ngghhh...." Chaca menggeliat saat matanya terkena sinar matahari. Tangannya bergerak meraih selimut untuk menutupi wajahnya agar bisa tertidur kembali tapiiiii ......
"Eitsss ... Kamu gak bisa tidur lagi nak. Ini sudah jam berapa? Apa kamu mau terlambat dan dihukum lagi? Papa tidak mau ada masalah lagi dg anak papa yang satu ini. Ayo buka mata dan cepat mandi. Papa tunggu 20menit dari sekarang kalau tidak uang saku kamu Papa potong selama 1bulan" Papa Chaca menahan selimut yang ditarik oleh Chaca dan membukanya kembali.
"Potong aja. Chaca gak peduli" sahut Chaca sekenanya, dia menutup wajahnya dengan bantal. Sang papa cuma geleng - geleng melihat anak perempuannya yg seperti ini.
"Chaca.. Kamu ini harus sekolah, harus jadi orang pintar. Jangan malas - malasan seperti ini. Mau jadi apa kamu nanti?"
"Orang pintar juga butuh istirahat" Chaca menyaut dg posisi masih menutup wajahnya.
"Tapi wak ..." ucapan Papa Chaca terpotong saat Rio masuk kedalam. Dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Terlihat tampan dan manis. Ingin sekali Chaca menimpuknya saat adiknya itu menggendongnya dan membawa Chaca kekamar mandi secara paksa.
"Rio? Kakaknya jangan digituin dong, nak. Kan kasihan.." Rio mengehentikan langkahnya dan menoleh sebentar kearah sang papa.
"Turunin gue. Lo pikir gue anak bayi apa?!! Pakek digendong - gendong kayak begini!! Turunin gak!!" Chaca meromta - ronta dalam gendongan Rio. Bagaimana tidak, cara membawanya saja seperti menculik orang.
"Gak! Habisnya kakak kalo dibilangin itu keras kepala banget!!" Rio menatap sang kakak dengan wajah kesal. Kemudian menatap sang papa lagi.
"Sudah, papa tenang aja. Biar Rio yang urus Kak Chaca. Papa mending sarapan aja duluan, nanti Rio sama Kak Chaca nyusul"
"Hmm. Yasuda, papa sarapan duluan. Jangan kasar - kasar sama kakak kamu loh"
"Gak akan" Papa Rio dan Chaca segera keluar dari kamar, meninggalkan Rio dan Chaca disana. Tanpa basa - basi Rio membuka pintu kamar mandi dan membawa Chaca masuk kedalam. Dia mendudukan kakaknya diatas WC duduk. Chaca menatap rio sinis. Sementara Rio mengambil gayung yg sudah berisi air, Kemudian...
Byurrr.
"Rioooooo.........." jerit Chaca saat Rio menyiramnya dengan air.
"Mandi. Siap - siap sekolah. Rio akan check kakak 10menit lagi. Kalo belum siap, Rio mandiin kakak pake air comberan" anacam Rio. Chaca cuma bisa diam. Dia sungguh kesal pada adiknya yg satu ini.
"Kalo gitu Rio siapin seragam kak Chaca dulu. Awas sampe kak Chaca belum siap. Liat aja.. Rio gak main - main sama ucapan Rio barusan"
"Bawel.."
"Bodo! Udah sana cepetan mandi. Rio tunggu 10 menit lagi" Rio akhirnya keluar dari kamar mandi, meninggalkan Chaca sendirian yg masih terduduk disana.
Rio membuka lemari pakaian Chaca, dan mengeluarkan seragam Chaca. Dia melihat jadwal pelajaran Chaca kemudian mulai memilih buku - buku yang harus dibawa oleh sang kakak. Kemudian keluar dari kamar untuk mengambil tas nya. Chaca yg sudah rapi dg seragamnya. Hemm terlihat manis, rambut lurus berwarna coklat tua dibiarkan terurai, sepatu yang berwarna senada dg warna rambutnya terlihat sangat cocok dikakinya. Dia meraih tas nya untuk mengatur buku pelajaran hari ini. Saat dia membuka tas nya, ternyata ..
"Hmm.." Chaca tersenyum tipis. Dia segera menutup kembali tasnya dan mengenakannya. Baru saja dia ingin keluar tiba - tiba saja Rio muncul dg membawa sebuah piring berisi nasi goreng telor ceplok kesukaan Chaca.
"Kita sarapan dulu. Ini Rio bawain sarapan kesukaan kak Chaca" Rio masuk dan duduk dikursi belajar Chaca. Sementara Chaca dia memilih untuk berjalan pergi.
"Gue gak laper.."
"Kalo kakak gak mau sarapan, oke gak masalah tapi hari ini biarin Rio nganter kakak kesekolah" Rio meletakkan piring itu keatas meja lalu berjalan menuju Chaca.
"Gue bisa jalan sendiri" Rio menaikan satu alis menandakan dia tidak yakin dg apa yg diucapkan Chaca barusan.
"Oh.. Bisa jalan sendiri dg kaki begini ..." Rio menendang kaki kiri Chaca yg terlihat sedikit bengkak, bukan sedikit malah terlihat sekali bengkaknya.
"Aww.... Sakit bego!!"
"Masih mau jalan kaki kesekolah sendiri? Mau kakinya diamputasi?? Kalo mau.. Yauda sekarang kita kerumah sakit, buat motong kaki kakak"
"Ishhh..." Chaca berdecak sebal dg apa yang diucapkan oleh Rio padanya.
"Rio? Kakaknya jangan digituin dong, nak. Kan kasihan.." Rio mengehentikan langkahnya dan menoleh sebentar kearah sang papa.
"Turunin gue. Lo pikir gue anak bayi apa?!! Pakek digendong - gendong kayak begini!! Turunin gak!!" Chaca meromta - ronta dalam gendongan Rio. Bagaimana tidak, cara membawanya saja seperti menculik orang.
"Gak! Habisnya kakak kalo dibilangin itu keras kepala banget!!" Rio menatap sang kakak dengan wajah kesal. Kemudian menatap sang papa lagi.
"Sudah, papa tenang aja. Biar Rio yang urus Kak Chaca. Papa mending sarapan aja duluan, nanti Rio sama Kak Chaca nyusul"
"Hmm. Yasuda, papa sarapan duluan. Jangan kasar - kasar sama kakak kamu loh"
"Gak akan" Papa Rio dan Chaca segera keluar dari kamar, meninggalkan Rio dan Chaca disana. Tanpa basa - basi Rio membuka pintu kamar mandi dan membawa Chaca masuk kedalam. Dia mendudukan kakaknya diatas WC duduk. Chaca menatap rio sinis. Sementara Rio mengambil gayung yg sudah berisi air, Kemudian...
Byurrr.
"Rioooooo.........." jerit Chaca saat Rio menyiramnya dengan air.
"Mandi. Siap - siap sekolah. Rio akan check kakak 10menit lagi. Kalo belum siap, Rio mandiin kakak pake air comberan" anacam Rio. Chaca cuma bisa diam. Dia sungguh kesal pada adiknya yg satu ini.
"Kalo gitu Rio siapin seragam kak Chaca dulu. Awas sampe kak Chaca belum siap. Liat aja.. Rio gak main - main sama ucapan Rio barusan"
"Bawel.."
"Bodo! Udah sana cepetan mandi. Rio tunggu 10 menit lagi" Rio akhirnya keluar dari kamar mandi, meninggalkan Chaca sendirian yg masih terduduk disana.
Rio membuka lemari pakaian Chaca, dan mengeluarkan seragam Chaca. Dia melihat jadwal pelajaran Chaca kemudian mulai memilih buku - buku yang harus dibawa oleh sang kakak. Kemudian keluar dari kamar untuk mengambil tas nya. Chaca yg sudah rapi dg seragamnya. Hemm terlihat manis, rambut lurus berwarna coklat tua dibiarkan terurai, sepatu yang berwarna senada dg warna rambutnya terlihat sangat cocok dikakinya. Dia meraih tas nya untuk mengatur buku pelajaran hari ini. Saat dia membuka tas nya, ternyata ..
"Hmm.." Chaca tersenyum tipis. Dia segera menutup kembali tasnya dan mengenakannya. Baru saja dia ingin keluar tiba - tiba saja Rio muncul dg membawa sebuah piring berisi nasi goreng telor ceplok kesukaan Chaca.
"Kita sarapan dulu. Ini Rio bawain sarapan kesukaan kak Chaca" Rio masuk dan duduk dikursi belajar Chaca. Sementara Chaca dia memilih untuk berjalan pergi.
"Gue gak laper.."
"Kalo kakak gak mau sarapan, oke gak masalah tapi hari ini biarin Rio nganter kakak kesekolah" Rio meletakkan piring itu keatas meja lalu berjalan menuju Chaca.
"Gue bisa jalan sendiri" Rio menaikan satu alis menandakan dia tidak yakin dg apa yg diucapkan Chaca barusan.
"Oh.. Bisa jalan sendiri dg kaki begini ..." Rio menendang kaki kiri Chaca yg terlihat sedikit bengkak, bukan sedikit malah terlihat sekali bengkaknya.
"Aww.... Sakit bego!!"
"Masih mau jalan kaki kesekolah sendiri? Mau kakinya diamputasi?? Kalo mau.. Yauda sekarang kita kerumah sakit, buat motong kaki kakak"
"Ishhh..." Chaca berdecak sebal dg apa yang diucapkan oleh Rio padanya.
#
Rio memberhentikan motor besarnya diparkiran sekolah Chaca. Dia membuka helm full face nya santai sementara Chaca masih terus memeluknya dari belakang. Memeluk dg sangat erat. Bahkan tangan Chaca kini gemetaran dan berkeringat.
"Kak udah nyampe.. Ayo turun" Rio menoleh kearah sang kakak yang tepat dibelakangnya.
"Kak Chaca?" ucap Rio lagi. Sebuah motor besar berwarna abu - abu baru saja berhenti disebelah motor Rio. Dia terkejut dg apa yang dia lihat pagi itu.
"Astaga..." dia melongo melihat Chaca dan Rio. Dengan wajah yang masih melongo dia membuka helmnya dna meletakkannya keatas motor.
"Heh. Cewek kulkas, bisa - bisanya lo pacar diparkiran sekolah. Pagi - pagi buta begini pula. Cewek apaan lo?!!" celetuknya. Rio menatap sinis pemuda itu. Sementara Chaca segera melepas pegangannya itu dan turun dari atas motor Rio kemudian berjalan pergi meninggalkan Rio serta pemuda itu.
"Hishh.. Dasar cewek kulkas" Rio segera mengenakan helmnya setelah terpasang dg rapi, dia menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi menuju sekolahnya. Sementara pemuda yang tadi hanya bisa memandangi kepergian Rio.
"Pagi Raka..." sapa segrombolan anak perempuan yg lewat diparkiran.
"Pagi" pemuda yg dipanggil Raka itu membalas dg nada dingin. Dia memang tidak terlalu suka dg perempuan yg terlalu berisik. Sangat menyebalkan untuknya.
Raka berjalan cepat kearah lorong sekolahnya, saat dia sudah berada disana. Raka menghentikan langkahnya. Melihat seseorang yg berjalan sangat pelan bahkan terlihat sangat kesulitan. Hemm..
"Chaca.. Tungguu.." panggil seseorang yang muncul dari belakang Raka. Excel. Yah itu Excel, dia berlari kecil kearah Chaca.
"Selamat pagi..."
"ahh..pagi" sahut Chaca, dia kembali melanjutkan jalannya yang sempat terhenti itu.
"Oiyah, semalem kenapa lo gak bales sms gue?"
"Gue udah tidur"
"Hah? Masa? Cepet amat tidurnya??" Excel berjalan pelan disamping Chaca.
"Sini gue bantuin.." Excel meraih tangan Chaca dan menggandengnya. Chaca yang kaget langsung berhenti berjalan. Raka yang mengikuti dari belakang ikut berhenti.
"Gue bisa jalan sendiri"
"Cha. Pliss ijinin gue buat bantuin lo kali ini. Gue cuma mau berguna buat sahabat gue yang satu ini. Pliss.." Chaca terdiam. Dia tidak berbicara lagi, yah dia membiarkan Excel membantunya. Jujur kakinya semakin sakit untuk digerakkan.
"Makasii ..." ucap Excel. Mereka berjalan kembali dg santai.
"eh iya Cha, kemarin anak kecil yang lo tolongin kemarin ngasih ini ke gue katanya kalung ini buat lo. Ucapan trima kasih gitu karna kemarin lo udah nyelametin dia dari kecelakaan sampe - sampe lo yang jadi korban.." ucap Excel, dia merogoh kantung roknya dan mengeluarkan sebuah kalung cantik dg liontin berbentuk bintang berukuran kecil terlihat manis sekali.
"Buat lo aja.."
"Kok buat gue? Ini kan buat lo Cha. Gak bisa dong kayak begitu. Lo trima yah.."
"Gue gak suka pake kalung"
"Ayolah, Cha. Gue pakek in yahh.. Sini sini..."
"Gue gak ma .." belum selesai Chaca berbicara, Excel meraih leher Chaca dan mengenakan kalung itu dileher Chaca.
"Nah .. Cantikkan. Cocok banget kalo lo yg pakek" puji Excel. Chaca menarik nafas panjang kemudian ..
"Anterin gue kekamar mandi"
"Ngapain?"
"Mau lihat kalung baru gue"
"Chaca?" Chaca tersenyum tipis. Dengan semangat Excel membantu Chaca berjalan menuju kamar mandi. Lucu memang saat Chaca menjadi begitu penurut, padahal Chaca itu sangat keras kepala. Sekali bilang tidak yah tidak. Pendirian sangat teguh. Tapi sekarang? Masih cuek sih tapi sudah tidak begitu cuek seperti biasanya. Excel tersenyum senang dg perubahan Chaca, semoga ini bukan hanya untuk sementara tapi kalau bisa seterusnya.
"Chaca?" Chaca tersenyum tipis. Dengan semangat Excel membantu Chaca berjalan menuju kamar mandi. Lucu memang saat Chaca menjadi begitu penurut, padahal Chaca itu sangat keras kepala. Sekali bilang tidak yah tidak. Pendirian sangat teguh. Tapi sekarang? Masih cuek sih tapi sudah tidak begitu cuek seperti biasanya. Excel tersenyum senang dg perubahan Chaca, semoga ini bukan hanya untuk sementara tapi kalau bisa seterusnya.
#
Bersambungggggggg ........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar