Lama sekali yah cerita ini tidak dilanjutkan. Hehe habis aku lagi sibuk - sibuknya disekolah. Biasa anak rajin #jangandipercaya . Nah mending sekarang dilanjut aja gimana? Yuk. Semoga suka ya sama karya aku.
Tema : Cinta Remaja
Judul : Driver Love "Part 2"
Penulis : Donna Clara Eureka Madong
Pemeran Cerita : Recha Arneta, Raka Sebastian, Exellia Wisma, Gio Saputra, Rio Anggara ( Adik Recha )
HAPPY READING ! ENJOY !
#
_FLASHBACK ON_
Raka
melihat Chaca yang masih asik tertidur hingga Raka menemukan akal untuk
membangunkan Chaca. Dia segera meraih benda yang ada didepan matanya
dan memulai aksinya...
"aaaaaaaa..."
_FLASHBACK OFF_
Byurr. Raka menyiram Chaca dengan air minum yang ada diatas meja. Mau gak mau Chaca akhirnya membuka mata lebar - lebar dan langsung melempar tatapan tajam pada orang yang menyiramnya itu.
"Apa! Lo gak terima!" Tanpa pikir panjang Chaca melempar botol aqua yg digunakan untuk menyiramnya barusan kearah wajah Raka. Dan pastinya membuat seragam Raka juga ikut basah.
"Lo!!" Raka membidik Chaca dg jari telunjuknya. Dia nampak marah sekali dg perlakuan Chaca padanya.
"Apa! Lo gak terima!" Chaca mengulang kalimat yg dilontarkan Raka setelah menyiramnya. Mereka saling menatap dengan emosi masing.
"Berani - beraninya lo basahin baju gue!"
"Kenapa gue harus takut?? Lo cuma cowok CEMEN yang beraninya sama cewek!" Raka melotot saat Chaca menekan kata CEMEN dg suara keras.
"Oh iya yah. Lo paling suka dihormatin sama semua murid disekolah ini. Kalo gitu.." Chaca mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pelipis *seperti orang yg menghormat pada bendera*
"Nih gue kasih lo hormat! Puas!" Chaca menurunkan tangannya seperti semula dg perlahan. Dia menatap sinis Raka. Dan mulai angkat bicara kembali
"Pintu kelas gue terbuka lebar buat lo KELUAR dari kelas ini. Jadi sebaiknya lo keluar dan jangan pernah masuk ke kelas gue, seenak jidat lo kayak tadi!" Chaca kembali duduk ketempatnya dg santai, seolah - olah tak terjadi apapun tadi. Raka berdecak sebal dibuatnya. Gio menarik Raka keluar dari kelas Chaca. Semua anak yang ada didalam kelas maupun yang diluar kelas berbisik - bisik satu sama lain. Mereka menatap Chaca dg heran sekaligus takjub. Kecuali kakak kelas yang melihat kejadian itu dari luar. Mereka tidak suka dg Chaca.
"Cha. Sumpah lo cari mati sama mereka" ucap Excel yang langsung mengambil posisi disamping tempat duduk Chaca karna guru pelajaran pertama baru saja datang.
".........." Chaca tidak menjawab, dia membetulkan posisinya dan membuka buku pelajaran.
"Huft.. Chaca mah gitu" ambek Excel. Sementara Chaca tetap saja diam tak menggubris.
Pelajaran hari ini berjalan normal. Tapi berbeda diluar jam pelajaran, karna kejadian tadi pagi Chaca dan Raka menjadi berita yang paling menggemparkan utk seluruh murid sekolah ini. Tapi kalian tau sendirikan bagaimana Chaca menanggapinya, dia tidak peduli apapun yang telah terjadi. Dia cuek. Yah dia cuek sekali. Hingga pulang sekolah dia tetap cuek. Excel yang menjabat sbg sahabat tidak habis pikir dg kecuekan yg dimiliki Chaca.
"Chaca .... Tungguin dong. Jalannya cepet amat sih?!" Excel terus mengejar Chaca yang nampak terburu - buru. Hingga kini Chaca sampai digerbang sekolah. Dia menoleh sebentar kearah belakang. Dilihatnya Excel yang nampak terengah - engah sembari membungkukan badan dg tangan yang diletakkan didadanya.
"Lama" celetuk Chaca, dia kembali melihat jalan. Ke kiri dan ke kanan. Matanya terus berputar keseluruh jalan yang dapat ia lihat. Wajahnya cemas. Entahlah apa yang dia pikirkan saat ini.
"Lo yang kecepetan kalo jalan. Huh. Ada apa sih?" Excel membetulkan kembali posisinya yang sempat tertunduk itu. Dan beralih menatap Chaca yang masih menoleh kesana - kemari.
"Gue gak mungkin salah liat. Tapi dia sekarang dimana! Cepet banget ngilangnya" rutuk Chaca sebal. Tangannya mengepal kuat. Matanya terus berputar mencoba untuk menemukan apa yang dia cari. Sementara Excel dia terus memandangi wajah Chaca dari arah samping.
"Lo nyari apa sih, Cha?! Daritadi clingak - clinguk mulu. Pusing gue ngeliatinnya"
"Berisik!" Chaca memutuskan untuk berjalan pergi, sungguh dia sangat kesal saat ini.
"Chaca? Kok gue ditinggalin lagi sih?!! Chaca tunggu..." Excel berjalan cepat agar tidak ditinggal lagi.
Mereka berdua berjalan beriringan tanpa ada percakapan apapun. Karna, Excel sendiri tau kalo dia semakin banyak bicara, Chaca pasti akan marah dan akan meninggalkan dia sendirian dijalan. Chaca kan orangnya tegaan. Perjalanan mereka tiba - tiba saja terhenti saat Chaca melihat seorang wanita paruh baya tengah memanggil anak perempuannya yg sedang bermain disebrang jalan. Chaca terdiam menatap apa yang tertangkap oleh matanya. Dia tersenyum tipis. Terdengar suara gumaman pelan dari mulutnya "Mama" ya itu yang diucapkan Chaca barusan. Saat anak perempuan itu hendak menghampiri sang ibu yg tidak jauh dari tempatnya dan Excel berdiri, dari arah kiri sebuah mobil hitam melintas dg cepat tanpa terkendali. Jantung Chaca terasa berhenti seketika saat melihat mobil yg melaju dg cepat itu yg sebentar lagi akan menabrak tubuh mungil anak perempuan disana. Ibu itu menyuruh anaknya kembali kejalan sebelumnya sembari terus berteriak "RENIIII AWASSSS!!!!!!" sembari mencoba menyebrang untuk menyelamatkan sang anak.
Cittttt...........
Terdengar sangat jelas suara gesekan ban mobil dengan badan jalan. Dan "BRUKKKKK"
"RENIIIIII !!!!!!!!!" Ibu itu langsung berlari cepat kearah mobil hitam yang berhenti. Excel pun ikut berlari mengikuti langkah ibu itu.
"Reniiiii ... Anakku?!!! Sayanggg..." Ibu itu dan Excel berjongkok untuk melihat bagaimana keadaan korban.
"Mamaaaaa ......." tangisnya seketika saat melihat ibunya sudah ada disana. Anak kecil itu melepas dekapan seseorang yg sudah menyelematkannya tadi dan beralih memeluk ibunya. Mereka hanyut dalam tangisan masing - masing sambil terus mengucapkan syukur. Chaca? Dimana dia?
"Chaca!!!"
Jarum jam menunjukan pukul 5 sore. Chaca dan Excel baru sampai dirumah. Lebih tepatnya lagi dirumah Chaca. Excel mengantar Chaca duluan karna rumah Excel masih harus melewati 1 perumahan. Rumah Chaca dan Excel tidak terlalu jauh jadi Excel tidak khawatir kalau dirinya harus pulang sendiri. Kan sudah dekat wkwkwk
"Apa! Lo gak terima!" Tanpa pikir panjang Chaca melempar botol aqua yg digunakan untuk menyiramnya barusan kearah wajah Raka. Dan pastinya membuat seragam Raka juga ikut basah.
"Lo!!" Raka membidik Chaca dg jari telunjuknya. Dia nampak marah sekali dg perlakuan Chaca padanya.
"Apa! Lo gak terima!" Chaca mengulang kalimat yg dilontarkan Raka setelah menyiramnya. Mereka saling menatap dengan emosi masing.
"Berani - beraninya lo basahin baju gue!"
"Kenapa gue harus takut?? Lo cuma cowok CEMEN yang beraninya sama cewek!" Raka melotot saat Chaca menekan kata CEMEN dg suara keras.
"Oh iya yah. Lo paling suka dihormatin sama semua murid disekolah ini. Kalo gitu.." Chaca mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pelipis *seperti orang yg menghormat pada bendera*
"Nih gue kasih lo hormat! Puas!" Chaca menurunkan tangannya seperti semula dg perlahan. Dia menatap sinis Raka. Dan mulai angkat bicara kembali
"Pintu kelas gue terbuka lebar buat lo KELUAR dari kelas ini. Jadi sebaiknya lo keluar dan jangan pernah masuk ke kelas gue, seenak jidat lo kayak tadi!" Chaca kembali duduk ketempatnya dg santai, seolah - olah tak terjadi apapun tadi. Raka berdecak sebal dibuatnya. Gio menarik Raka keluar dari kelas Chaca. Semua anak yang ada didalam kelas maupun yang diluar kelas berbisik - bisik satu sama lain. Mereka menatap Chaca dg heran sekaligus takjub. Kecuali kakak kelas yang melihat kejadian itu dari luar. Mereka tidak suka dg Chaca.
"Cha. Sumpah lo cari mati sama mereka" ucap Excel yang langsung mengambil posisi disamping tempat duduk Chaca karna guru pelajaran pertama baru saja datang.
".........." Chaca tidak menjawab, dia membetulkan posisinya dan membuka buku pelajaran.
"Huft.. Chaca mah gitu" ambek Excel. Sementara Chaca tetap saja diam tak menggubris.
Pelajaran hari ini berjalan normal. Tapi berbeda diluar jam pelajaran, karna kejadian tadi pagi Chaca dan Raka menjadi berita yang paling menggemparkan utk seluruh murid sekolah ini. Tapi kalian tau sendirikan bagaimana Chaca menanggapinya, dia tidak peduli apapun yang telah terjadi. Dia cuek. Yah dia cuek sekali. Hingga pulang sekolah dia tetap cuek. Excel yang menjabat sbg sahabat tidak habis pikir dg kecuekan yg dimiliki Chaca.
"Chaca .... Tungguin dong. Jalannya cepet amat sih?!" Excel terus mengejar Chaca yang nampak terburu - buru. Hingga kini Chaca sampai digerbang sekolah. Dia menoleh sebentar kearah belakang. Dilihatnya Excel yang nampak terengah - engah sembari membungkukan badan dg tangan yang diletakkan didadanya.
"Lama" celetuk Chaca, dia kembali melihat jalan. Ke kiri dan ke kanan. Matanya terus berputar keseluruh jalan yang dapat ia lihat. Wajahnya cemas. Entahlah apa yang dia pikirkan saat ini.
"Lo yang kecepetan kalo jalan. Huh. Ada apa sih?" Excel membetulkan kembali posisinya yang sempat tertunduk itu. Dan beralih menatap Chaca yang masih menoleh kesana - kemari.
"Gue gak mungkin salah liat. Tapi dia sekarang dimana! Cepet banget ngilangnya" rutuk Chaca sebal. Tangannya mengepal kuat. Matanya terus berputar mencoba untuk menemukan apa yang dia cari. Sementara Excel dia terus memandangi wajah Chaca dari arah samping.
"Lo nyari apa sih, Cha?! Daritadi clingak - clinguk mulu. Pusing gue ngeliatinnya"
"Berisik!" Chaca memutuskan untuk berjalan pergi, sungguh dia sangat kesal saat ini.
"Chaca? Kok gue ditinggalin lagi sih?!! Chaca tunggu..." Excel berjalan cepat agar tidak ditinggal lagi.
Mereka berdua berjalan beriringan tanpa ada percakapan apapun. Karna, Excel sendiri tau kalo dia semakin banyak bicara, Chaca pasti akan marah dan akan meninggalkan dia sendirian dijalan. Chaca kan orangnya tegaan. Perjalanan mereka tiba - tiba saja terhenti saat Chaca melihat seorang wanita paruh baya tengah memanggil anak perempuannya yg sedang bermain disebrang jalan. Chaca terdiam menatap apa yang tertangkap oleh matanya. Dia tersenyum tipis. Terdengar suara gumaman pelan dari mulutnya "Mama" ya itu yang diucapkan Chaca barusan. Saat anak perempuan itu hendak menghampiri sang ibu yg tidak jauh dari tempatnya dan Excel berdiri, dari arah kiri sebuah mobil hitam melintas dg cepat tanpa terkendali. Jantung Chaca terasa berhenti seketika saat melihat mobil yg melaju dg cepat itu yg sebentar lagi akan menabrak tubuh mungil anak perempuan disana. Ibu itu menyuruh anaknya kembali kejalan sebelumnya sembari terus berteriak "RENIIII AWASSSS!!!!!!" sembari mencoba menyebrang untuk menyelamatkan sang anak.
Cittttt...........
Terdengar sangat jelas suara gesekan ban mobil dengan badan jalan. Dan "BRUKKKKK"
"RENIIIIII !!!!!!!!!" Ibu itu langsung berlari cepat kearah mobil hitam yang berhenti. Excel pun ikut berlari mengikuti langkah ibu itu.
"Reniiiii ... Anakku?!!! Sayanggg..." Ibu itu dan Excel berjongkok untuk melihat bagaimana keadaan korban.
"Mamaaaaa ......." tangisnya seketika saat melihat ibunya sudah ada disana. Anak kecil itu melepas dekapan seseorang yg sudah menyelematkannya tadi dan beralih memeluk ibunya. Mereka hanyut dalam tangisan masing - masing sambil terus mengucapkan syukur. Chaca? Dimana dia?
"Chaca!!!"
#
Jarum jam menunjukan pukul 5 sore. Chaca dan Excel baru sampai dirumah. Lebih tepatnya lagi dirumah Chaca. Excel mengantar Chaca duluan karna rumah Excel masih harus melewati 1 perumahan. Rumah Chaca dan Excel tidak terlalu jauh jadi Excel tidak khawatir kalau dirinya harus pulang sendiri. Kan sudah dekat wkwkwk
"Makasi udah nganterin. Lo pulang sana, takutnya lo pulang kemaleman kalo mampir" Chaca membuka pagar rumahnya dengan wajah yang tidak ada bedanya. Datar.
"Yakin nih nyuruh gue pulang? Tapi lo .." belum sempat Excel melanjutkan ucapannya Chaca sudah mengunci kembali pagar rumah. Excel melongo melihatnya. Sungguh terlalu kau Chaca.
"Pulang sana. Gue capek, mau tidur"
"Tapi Cha???" Excel clingak - clinguk didepan pagar rumah Chaca. Dia terus memanggil Chaca yang berjalan masuk dalam rumahnya.
"Hish.. Chaca nyebelin banget sih. Sahabat sendiri diusir kayak begitu... Fiuhhhh sabar cell. Sabar" Excel hanya bisa mengelus dada pelan. Untung dia sudah terbiasa dg sifat cuek yang dimiliki sahabatnya itu. Dia memutuskan untuk pulang.
Chaca baru saja memasuki ruang tamu. Tidak ada siapapun disana. Dia terus berjalan dengan langkah berat. Dari arah dapur seorang laki - laki paruh baya dan seorang pemuda datang menyambut kedatangannya.
"Selamat sore.. Baru pulang?" tanya laki - laki paruh baya itu. Chaca menoleh sebentar kearah mereka.
"Ahh.. Sore" sahut Chaca. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar yg letaknya dilantai 2.
"Kak. Tunggu sebentar ..." tahan pemuda yang tadi sedang meneguk sebuah jus. Dia memicingkan matanya dan merubah eskpresi wajahnya seperti seorang detektif yang hendak menintrogasi saksinya. Chaca yang paham apa yang akan ditanyakan oleh pemuda itu.
"Gak usah banyak tanya. Gue males bahasnya. Permisi" Chaca menaiki anak tangga yang ada dirumahnya perlahan - lahan. Dia mencengkram pegangan tangga dengan kuat, Chaca menggigit bibir bawahnya kasar sambil terus berjalan.
"Kak Chaca. Tunggu. Rio mau tanya sesuatu.." Chaca tidak menggubrisnya,. dia terus berjalan.
"Pa. Rio nyusul Kak Chaca dulu. Ada yang mau Rio bicarain sama Kak Chaca. Ehm.. Nanti kalo mau makan malam, papa duluan aja yah. Rio sm Kak Chaca nyusul"
"Yasudah. Kalo ada apa - apa sama kakak kamu, langsung kasih tau papa. Soalnya kakak kamu itu susah dikasih tau"
"iya" pemuda yang disapa Rio itu menyusul sang kakak kekamarnya. Chaca? Dia sudah sampai dikamarnya. Tentu saja dia tak menyia - yiakan kesempatan emas itu untuk berbaring diatas kasur berwarna coklatnya itu.
"Hahhhhh....." Chaca memejamkan matanya perlahan dan mulai mencoba untuk tertidur.
Cklek.
Seseorang memasuki kamar Chaca dg pelan. Dia berjalan menghampiri tubuh Chaca yg terbaring dg seragam sekolah yang belum ia ganti sama sekali. Kemudian duduk disebelah tubuh Chaca.
"Kak? Rio mau tanya sesuatu"
"................" tak ada sahutan apapun dari Chaca. Dia masih memejamkan matanya.
"Kak Chaca... Udah deh gak usah pura - pura tidur. Rio tau kalo kakak baru aja masuk kamar. Bangun gak?!! Ato .........."
"Apa?" Chaca langsung mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Dia menatap lurus kedepan, tetap sama. Wajah tanpa ekspresi. Rio tersenyum menang. Dia membetulkan posisi duduknya menghadap sang kakak.
"Kak Chaca habis berantem lagi yah?"
"......................" Chaca tidak membuka mulutnya sedikitpun. Dia memutuskan untuk diam.
"Kak Chaca, jawab pertanyaan Rio. Kak Chaca berantem lagi?"
"....................."
"Kakak! Jawab!! Rio tanya sekali lagi, apa kak chaca berantem lagi?"
"Bukan urusan lo. Keluar dari kamar gue sana. Gue capek"
"Kakak! Liat Rio.Sampai kapan kak Chaca kayak gini terus?!! Gak kasian apa sama papa? Papa itu khawatir sama kak Chaca. Apalagi kerjaan kakak diluar itu berantem mulu. Kakak itu cewek, harusnya sikap kakak itu lebih lembut layak seorang cewek. Bukannya malah kayak preman gini. Ditambah lagi sifat cuek kakak yang gak ada matinya itu. Kalo kakak gak punya temen gimana? Untung masih ada Kak Excel yang sabar dg sifat kakak itu" Rio terus menyeramahi Chaca dg sekenanya. Sementara Chaca menutup telinga dg kedua tangannya.
Drrrrtttttt.
Handphone Chaca tiba - tiba bergetar. Rio yang dekat dengan tas Chaca langsung menyambarnya dan mencari Handphone Chaca. Setelah mendapatkannya, Rio membuka pesan masuk untuk Chaca.
[Via Sms]
"Cha. Lo baik - baik aja kan? Gue khawatir banget sama lo tau habisnya lo gak mau dibawa kerumah sakit sama ibunya anak yang lo tolong tadi. Ehm.. Sorry kalo gue ganggu lo tapi gue khawatir banget sama kondisi lo sekarang. Apa lo mau gue temenin kerumah sakit buat periksa? Takutnya ada apa - apa gitu"
Begitulah isi sms yang diterima Chaca barusan. Sementara Rio terdiam menatap layar handphone sang kakak. Chaca langsung merampas handphonenya kembali dan membaca apa yang sudah dilihat oleh adiknya itu. Chaca memejamkan mata kesal. Dia menghapus pesan yang Excel kirim tadi. Dan beralih berdiri untuk menarik Rio keluar dari kamarnya.
"Kak Chaca......"
"Gue tadi kan udah bilang, ini bukan urusan lo, jadi sebaiknya lo cepetan keluar dari kamar gue. Sebelum gue timpuk lo pake lampu meja" Chaca menarik lengan Rio menuju pintu kamarnya.
"Tapi kak Chaca???"
Cklek. Pintu kamar terbuka, tanpa basa - basi Chaca mendorong Rio keluar dari kamarnya dg cepat Chaca menutup dan mengunci pintu dari dalam. Rio mengetuk - ngetuk pintu kamar Chaca berusaha untuk masuk lagi kedalam. Chaca berjalan pincang keatas kasurnya, dia berbaring kembali diatasnya.
Cklek. Pintu kamar terbuka, tanpa basa - basi Chaca mendorong Rio keluar dari kamarnya dg cepat Chaca menutup dan mengunci pintu dari dalam. Rio mengetuk - ngetuk pintu kamar Chaca berusaha untuk masuk lagi kedalam. Chaca berjalan pincang keatas kasurnya, dia berbaring kembali diatasnya.
"Fiuhhh...."
Dari balik pintu Rio tersenyum. Dia merasa lega karna Chaca masih sama seperti dulu, sebelum nasib buruk itu terjadi. Sifat baik yang dimiliki oleh Chaca, kakak kesayangannya itu.
"Rio bangga sama kakak. Pasti mama juga sependapat sama Rio dari sana.."
#
Bersambung ............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar