Kamis, 08 Januari 2015

Driver Love "Part 3"

Haii .. Haii .. Haiiiiii ...
Lama sekali yah cerita ini tidak dilanjutkan. Hehe habis aku lagi sibuk - sibuknya disekolah. Biasa anak rajin #jangandipercaya . Nah mending sekarang dilanjut aja gimana? Yuk. Semoga suka ya sama karya aku.

Tema : Cinta Remaja

Judul : Driver Love "Part 3"
Penulis : Donna Clara Eureka Madong
Pemeran Cerita : Recha Arneta, Raka Sebastian, Exellia Wisma, Gio Saputra, Rio Anggara ( Adik Recha )
HAPPY READING ! ENJOY !

#

_FLASHBACK ON_

Cklek. Pintu kamar terbuka, tanpa basa - basi Chaca mendorong Rio keluar dari kamarnya dg cepat Chaca menutup dan mengunci pintu dari dalam. Rio mengetuk - ngetuk pintu kamar Chaca berusaha untuk masuk lagi kedalam. Chaca berjalan pincang keatas kasurnya, dia berbaring kembali diatasnya.
"Fiuhhh...."
Dari balik pintu Rio tersenyum. Dia merasa lega karna Chaca masih sama seperti dulu, sebelum nasib buruk itu terjadi. Sifat baik yang dimiliki oleh Chaca, kakak kesayangannya itu.
"Rio bangga sama kakak. Pasti mama juga sependapat sama Rio dari sana.."

_FLASHBACK OFF_

Matahari sudah tampak sekitar 5menit yang lalu, sinarnya sangat terang membuat semua orang yang masih terlelap segera membuka matanya lebar - lebar. Tapi tidak untuk manusia yang satu ini, kalo sudah urusan tidur huhhh susahnya minta ampun buat dibangunin. Berasa kayak bangunin orang mati. Hahaha *menurutorangorangsekitarnya*
"Cha. Bangun. Papa sudah siapin sarapan buat kita bertiga. Rio sebentar lagi akan turun, Papa tunggu kamu dibawah.." ucap Papa Chaca. Dia membuka gorden dikamar Chaca lebar - lebar agar sinar matahri itu memasuki kamar yah berharap agar sinar matahari itu mengganggu acara tidur Chaca.

"ngghhh...." Chaca menggeliat saat matanya terkena sinar matahari. Tangannya bergerak meraih selimut untuk menutupi wajahnya agar bisa tertidur kembali tapiiiii ......

"Eitsss ... Kamu gak bisa tidur lagi nak. Ini sudah jam berapa? Apa kamu mau terlambat dan dihukum lagi? Papa tidak mau ada masalah lagi dg anak papa yang satu ini. Ayo buka mata dan cepat mandi. Papa tunggu 20menit dari sekarang kalau tidak uang saku kamu Papa potong selama 1bulan" Papa Chaca menahan selimut yang ditarik oleh Chaca dan membukanya kembali.

"Potong aja. Chaca gak peduli" sahut Chaca sekenanya, dia menutup wajahnya dengan bantal. Sang papa cuma geleng - geleng melihat anak perempuannya yg seperti ini.

"Chaca.. Kamu ini harus sekolah, harus jadi orang pintar. Jangan malas - malasan seperti ini. Mau jadi apa kamu nanti?"

"Orang pintar juga butuh istirahat" Chaca menyaut dg posisi masih menutup wajahnya.

"Tapi wak ..." ucapan Papa Chaca terpotong saat Rio masuk kedalam. Dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Terlihat tampan dan manis. Ingin sekali Chaca menimpuknya saat adiknya itu menggendongnya dan membawa Chaca kekamar mandi secara paksa.

"Rio? Kakaknya jangan digituin dong, nak. Kan kasihan.." Rio mengehentikan langkahnya dan menoleh sebentar kearah sang papa.

"Turunin gue. Lo pikir gue anak bayi apa?!! Pakek digendong - gendong kayak begini!! Turunin gak!!" Chaca meromta - ronta dalam gendongan Rio. Bagaimana tidak, cara membawanya saja seperti menculik orang.

"Gak! Habisnya kakak kalo dibilangin itu keras kepala banget!!" Rio menatap sang kakak dengan wajah kesal. Kemudian menatap sang papa lagi.

"Sudah, papa tenang aja. Biar Rio yang urus Kak Chaca. Papa mending sarapan aja duluan, nanti Rio sama Kak Chaca nyusul"

"Hmm. Yasuda, papa sarapan duluan. Jangan kasar - kasar sama kakak kamu loh"

"Gak akan" Papa Rio dan Chaca segera keluar dari kamar, meninggalkan Rio dan Chaca disana. Tanpa basa - basi Rio membuka pintu kamar mandi dan membawa Chaca masuk kedalam. Dia mendudukan kakaknya diatas WC duduk. Chaca menatap rio sinis. Sementara Rio mengambil gayung yg sudah berisi air, Kemudian...

Byurrr.

"Rioooooo.........." jerit Chaca saat Rio menyiramnya dengan air.

"Mandi. Siap - siap sekolah. Rio akan check kakak 10menit lagi. Kalo belum siap, Rio mandiin kakak pake air comberan" anacam Rio. Chaca cuma bisa diam. Dia sungguh kesal pada adiknya yg satu ini.

"Kalo gitu Rio siapin seragam kak Chaca dulu. Awas sampe kak Chaca belum siap. Liat aja.. Rio gak main - main sama ucapan Rio barusan"

"Bawel.."

"Bodo! Udah sana cepetan mandi. Rio tunggu 10 menit lagi" Rio akhirnya keluar dari kamar mandi, meninggalkan Chaca sendirian yg masih terduduk disana.

Rio membuka lemari pakaian Chaca, dan mengeluarkan seragam Chaca. Dia melihat jadwal pelajaran Chaca kemudian mulai memilih buku - buku yang harus dibawa oleh sang kakak. Kemudian keluar dari kamar untuk mengambil tas nya. Chaca yg sudah rapi dg seragamnya. Hemm terlihat manis, rambut lurus berwarna coklat tua dibiarkan terurai, sepatu yang berwarna senada dg warna rambutnya terlihat sangat cocok dikakinya. Dia meraih tas nya untuk mengatur buku pelajaran hari ini. Saat dia membuka tas nya, ternyata ..

"Hmm.." Chaca tersenyum tipis. Dia segera menutup kembali tasnya dan mengenakannya. Baru saja dia ingin keluar tiba - tiba saja Rio muncul dg membawa sebuah piring berisi nasi goreng telor ceplok kesukaan Chaca.

"Kita sarapan dulu. Ini Rio bawain sarapan kesukaan kak Chaca" Rio masuk dan duduk dikursi belajar Chaca. Sementara Chaca dia memilih untuk berjalan pergi.

"Gue gak laper.."

"Kalo kakak gak mau sarapan, oke gak masalah tapi hari ini biarin Rio nganter kakak kesekolah" Rio meletakkan piring itu keatas meja lalu berjalan menuju Chaca.

"Gue bisa jalan sendiri" Rio menaikan satu alis menandakan dia tidak yakin dg apa yg diucapkan Chaca barusan.

"Oh.. Bisa jalan sendiri dg kaki begini ..." Rio menendang kaki kiri Chaca yg terlihat sedikit bengkak, bukan sedikit malah terlihat sekali bengkaknya.

"Aww.... Sakit bego!!"

"Masih mau jalan kaki kesekolah sendiri? Mau kakinya diamputasi?? Kalo mau.. Yauda sekarang kita kerumah sakit, buat motong kaki kakak"

"Ishhh..." Chaca berdecak sebal dg apa yang diucapkan oleh Rio padanya.

#

Rio memberhentikan motor besarnya diparkiran sekolah Chaca. Dia membuka helm full face nya santai sementara Chaca masih terus memeluknya dari belakang. Memeluk dg sangat erat. Bahkan tangan Chaca kini gemetaran dan berkeringat.

"Kak udah nyampe.. Ayo turun" Rio menoleh kearah sang kakak yang tepat dibelakangnya.

"Kak Chaca?" ucap Rio lagi. Sebuah motor besar berwarna abu - abu baru saja berhenti disebelah motor Rio. Dia terkejut dg apa yang dia lihat pagi itu.

"Astaga..." dia melongo melihat Chaca dan Rio. Dengan wajah yang masih melongo dia membuka helmnya dna meletakkannya keatas motor.

"Heh. Cewek kulkas, bisa - bisanya lo pacar diparkiran sekolah. Pagi - pagi buta begini pula. Cewek apaan lo?!!" celetuknya. Rio menatap sinis pemuda itu. Sementara Chaca segera melepas pegangannya itu dan turun dari atas motor Rio kemudian berjalan pergi meninggalkan Rio serta pemuda itu.

"Hishh.. Dasar cewek kulkas" Rio segera mengenakan helmnya setelah terpasang dg rapi, dia menyalakan mesin motornya dan berlalu pergi menuju sekolahnya. Sementara pemuda yang tadi hanya bisa memandangi kepergian Rio.

"Pagi Raka..." sapa segrombolan anak perempuan yg lewat diparkiran.

"Pagi" pemuda yg dipanggil Raka itu membalas dg nada dingin. Dia memang tidak terlalu suka dg perempuan yg terlalu berisik. Sangat menyebalkan untuknya.

Raka berjalan cepat kearah lorong sekolahnya, saat dia sudah berada disana. Raka menghentikan langkahnya. Melihat seseorang yg berjalan sangat pelan bahkan terlihat sangat kesulitan. Hemm..

"Chaca.. Tungguu.." panggil seseorang yang muncul dari belakang Raka. Excel. Yah itu Excel, dia berlari kecil kearah Chaca.

"Selamat pagi..."

"ahh..pagi" sahut Chaca, dia kembali melanjutkan jalannya yang sempat terhenti itu.

"Oiyah, semalem kenapa lo gak bales sms gue?"

"Gue udah tidur"

"Hah? Masa? Cepet amat tidurnya??" Excel berjalan pelan disamping Chaca.

"Sini gue bantuin.." Excel meraih tangan Chaca dan menggandengnya. Chaca yang kaget langsung berhenti berjalan. Raka yang mengikuti dari belakang ikut berhenti.

"Gue bisa jalan sendiri"

"Cha. Pliss ijinin gue buat bantuin lo kali ini. Gue cuma mau berguna buat sahabat gue yang satu ini. Pliss.." Chaca terdiam. Dia tidak berbicara lagi, yah dia membiarkan Excel membantunya. Jujur kakinya semakin sakit untuk digerakkan.

"Makasii ..." ucap Excel. Mereka berjalan kembali dg santai.

"eh iya Cha, kemarin anak kecil yang lo tolongin kemarin ngasih ini ke gue katanya kalung ini buat lo. Ucapan trima kasih gitu karna kemarin lo udah nyelametin dia dari kecelakaan sampe - sampe lo yang jadi korban.." ucap Excel, dia merogoh kantung roknya dan mengeluarkan sebuah kalung cantik dg liontin berbentuk bintang berukuran kecil terlihat manis sekali.

"Buat lo aja.."

"Kok buat gue? Ini kan buat lo Cha. Gak bisa dong kayak begitu. Lo trima yah.."

"Gue gak suka pake kalung"

"Ayolah, Cha. Gue pakek in yahh.. Sini sini..."

"Gue gak ma .." belum selesai Chaca berbicara, Excel meraih leher Chaca dan mengenakan kalung itu dileher Chaca.

"Nah .. Cantikkan. Cocok banget kalo lo yg pakek" puji Excel. Chaca menarik nafas panjang kemudian ..

"Anterin gue kekamar mandi"

"Ngapain?"

"Mau lihat kalung baru gue"

"Chaca?" Chaca tersenyum tipis. Dengan semangat Excel membantu Chaca berjalan menuju kamar mandi. Lucu memang saat Chaca menjadi begitu penurut, padahal Chaca itu sangat keras kepala. Sekali bilang tidak yah tidak. Pendirian sangat teguh. Tapi sekarang? Masih cuek sih tapi sudah tidak begitu cuek seperti biasanya. Excel tersenyum senang dg perubahan Chaca, semoga ini bukan hanya untuk sementara tapi kalau bisa seterusnya.

#


Bersambungggggggg ........

Selasa, 02 Desember 2014

Driver Love 'Part 2'

Haii .. Haii .. Haiiiiii ...
Lama sekali yah cerita ini tidak dilanjutkan. Hehe habis aku lagi sibuk - sibuknya disekolah. Biasa anak rajin #jangandipercaya . Nah mending sekarang dilanjut aja gimana? Yuk. Semoga suka ya sama karya aku.

Tema : Cinta Remaja
Judul : Driver Love "Part 2"
Penulis : Donna Clara Eureka Madong
Pemeran Cerita : Recha Arneta, Raka Sebastian, Exellia Wisma, Gio Saputra, Rio Anggara ( Adik Recha )
HAPPY READING ! ENJOY !
#
_FLASHBACK ON_
Raka melihat Chaca yang masih asik tertidur hingga Raka menemukan akal untuk membangunkan Chaca. Dia segera meraih benda yang ada didepan matanya dan memulai aksinya...

"aaaaaaaa..."

_FLASHBACK OFF_
Byurr. Raka menyiram Chaca dengan air minum yang ada diatas meja. Mau gak mau Chaca akhirnya membuka mata lebar - lebar dan langsung melempar tatapan tajam pada orang yang menyiramnya itu.

"Apa! Lo gak terima!" Tanpa pikir panjang Chaca melempar botol aqua yg digunakan untuk menyiramnya barusan kearah wajah Raka. Dan pastinya membuat seragam Raka juga ikut basah.

"Lo!!" Raka membidik Chaca dg jari telunjuknya. Dia nampak marah sekali dg perlakuan Chaca padanya.

"Apa! Lo gak terima!" Chaca mengulang kalimat yg dilontarkan Raka setelah menyiramnya. Mereka saling menatap dengan emosi masing.

"Berani - beraninya lo basahin baju gue!"

"Kenapa gue harus takut?? Lo cuma cowok CEMEN yang beraninya sama cewek!" Raka melotot saat Chaca menekan kata CEMEN dg suara keras.

"Oh iya yah. Lo paling suka dihormatin sama semua murid disekolah ini. Kalo gitu.." Chaca mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pelipis *seperti orang yg menghormat pada bendera*

"Nih gue kasih lo hormat! Puas!" Chaca menurunkan tangannya seperti semula dg perlahan. Dia menatap sinis Raka. Dan mulai angkat bicara kembali

"Pintu kelas gue terbuka lebar buat lo KELUAR dari kelas ini. Jadi sebaiknya lo keluar dan jangan pernah masuk ke kelas gue, seenak jidat lo kayak tadi!" Chaca kembali duduk ketempatnya dg santai, seolah - olah tak terjadi apapun tadi. Raka berdecak sebal dibuatnya. Gio menarik Raka keluar dari kelas Chaca. Semua anak yang ada didalam kelas maupun yang diluar kelas berbisik - bisik satu sama lain. Mereka menatap Chaca dg heran sekaligus takjub. Kecuali kakak kelas yang melihat kejadian itu dari luar. Mereka tidak suka dg Chaca.

"Cha. Sumpah lo cari mati sama mereka" ucap Excel yang langsung mengambil posisi disamping tempat duduk Chaca karna guru pelajaran pertama baru saja datang.

".........." Chaca tidak menjawab, dia membetulkan posisinya dan membuka buku pelajaran.

"Huft.. Chaca mah gitu" ambek Excel. Sementara Chaca tetap saja diam tak menggubris.

Pelajaran hari ini berjalan normal. Tapi berbeda diluar jam pelajaran, karna kejadian tadi pagi Chaca dan Raka menjadi berita yang paling menggemparkan utk seluruh murid sekolah ini. Tapi kalian tau sendirikan bagaimana Chaca menanggapinya, dia tidak peduli apapun yang telah terjadi. Dia cuek. Yah dia cuek sekali. Hingga pulang sekolah dia tetap cuek. Excel yang menjabat sbg sahabat tidak habis pikir dg kecuekan yg dimiliki Chaca.

"Chaca .... Tungguin dong. Jalannya cepet amat sih?!" Excel terus mengejar Chaca yang nampak terburu - buru. Hingga kini Chaca sampai digerbang sekolah. Dia menoleh sebentar kearah belakang. Dilihatnya Excel yang nampak terengah - engah sembari membungkukan badan dg tangan yang diletakkan didadanya.

"Lama" celetuk Chaca, dia kembali melihat jalan. Ke kiri dan ke kanan. Matanya terus berputar keseluruh jalan yang dapat ia lihat. Wajahnya cemas. Entahlah apa yang dia pikirkan saat ini.

"Lo yang kecepetan kalo jalan. Huh. Ada apa sih?" Excel membetulkan kembali posisinya yang sempat tertunduk itu. Dan beralih menatap Chaca yang masih menoleh kesana - kemari.

"Gue gak mungkin salah liat. Tapi dia sekarang dimana! Cepet banget ngilangnya" rutuk Chaca sebal. Tangannya mengepal kuat. Matanya terus berputar mencoba untuk menemukan apa yang dia cari. Sementara Excel dia terus memandangi wajah Chaca dari arah samping.

"Lo nyari apa sih, Cha?! Daritadi clingak - clinguk mulu. Pusing gue ngeliatinnya"

"Berisik!" Chaca memutuskan untuk berjalan pergi, sungguh dia sangat kesal saat ini.

"Chaca? Kok gue ditinggalin lagi sih?!! Chaca tunggu..." Excel berjalan cepat agar tidak ditinggal lagi.

Mereka berdua berjalan beriringan tanpa ada percakapan apapun. Karna, Excel sendiri tau kalo dia semakin banyak bicara, Chaca pasti akan marah dan akan meninggalkan dia sendirian dijalan. Chaca kan orangnya tegaan. Perjalanan mereka tiba - tiba saja terhenti saat Chaca melihat seorang wanita paruh baya tengah memanggil anak perempuannya yg sedang bermain disebrang jalan. Chaca terdiam menatap apa yang tertangkap oleh matanya. Dia tersenyum tipis. Terdengar suara gumaman pelan dari mulutnya "Mama" ya itu yang diucapkan Chaca barusan. Saat anak perempuan itu hendak menghampiri sang ibu yg tidak jauh dari tempatnya dan Excel berdiri, dari arah kiri sebuah mobil hitam melintas dg cepat tanpa terkendali. Jantung Chaca terasa berhenti seketika saat melihat mobil yg melaju dg cepat itu yg sebentar lagi akan menabrak tubuh mungil anak perempuan disana. Ibu itu menyuruh anaknya kembali kejalan sebelumnya sembari terus berteriak "RENIIII AWASSSS!!!!!!" sembari mencoba menyebrang untuk menyelamatkan sang anak.

Cittttt...........

Terdengar sangat jelas suara gesekan ban mobil dengan badan jalan. Dan "BRUKKKKK"

"RENIIIIII !!!!!!!!!" Ibu itu langsung berlari cepat kearah mobil hitam yang berhenti. Excel pun ikut berlari mengikuti langkah ibu itu.

"Reniiiii ... Anakku?!!! Sayanggg..." Ibu itu dan Excel berjongkok untuk melihat bagaimana keadaan korban.

"Mamaaaaa ......." tangisnya seketika saat melihat ibunya sudah ada disana. Anak kecil itu melepas dekapan seseorang yg sudah menyelematkannya tadi dan beralih memeluk ibunya. Mereka hanyut dalam tangisan masing - masing sambil terus mengucapkan syukur. Chaca? Dimana dia?

"Chaca!!!"

#


Jarum jam menunjukan pukul 5 sore. Chaca dan Excel baru sampai dirumah. Lebih tepatnya lagi dirumah Chaca. Excel mengantar Chaca duluan karna rumah Excel masih harus melewati 1 perumahan. Rumah Chaca dan Excel tidak terlalu jauh jadi Excel tidak khawatir kalau dirinya harus pulang sendiri. Kan sudah dekat wkwkwk

"Makasi udah nganterin. Lo pulang sana, takutnya lo pulang kemaleman kalo mampir" Chaca membuka pagar rumahnya dengan wajah yang tidak ada bedanya. Datar.

"Yakin nih nyuruh gue pulang? Tapi lo .." belum sempat Excel melanjutkan ucapannya Chaca sudah mengunci kembali pagar rumah. Excel melongo melihatnya. Sungguh terlalu kau Chaca.

"Pulang sana. Gue capek, mau tidur"

"Tapi Cha???" Excel clingak - clinguk didepan pagar rumah Chaca. Dia terus memanggil Chaca yang berjalan masuk dalam rumahnya.

"Hish.. Chaca nyebelin banget sih. Sahabat sendiri diusir kayak begitu... Fiuhhhh sabar cell. Sabar" Excel hanya bisa mengelus dada pelan. Untung dia sudah terbiasa dg sifat cuek yang dimiliki sahabatnya itu. Dia memutuskan untuk pulang.

Chaca baru saja memasuki ruang tamu. Tidak ada siapapun disana. Dia terus berjalan dengan langkah berat. Dari arah dapur seorang laki - laki paruh baya dan seorang pemuda datang menyambut kedatangannya.

"Selamat sore.. Baru pulang?" tanya laki - laki paruh baya itu. Chaca menoleh sebentar kearah mereka.

"Ahh.. Sore" sahut Chaca. Kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar yg letaknya dilantai 2.

"Kak. Tunggu sebentar ..." tahan pemuda yang tadi sedang meneguk sebuah jus. Dia memicingkan matanya dan merubah eskpresi wajahnya seperti seorang detektif yang hendak menintrogasi saksinya. Chaca yang paham apa yang akan ditanyakan oleh pemuda itu.

"Gak usah banyak tanya. Gue males bahasnya. Permisi" Chaca menaiki anak tangga yang ada dirumahnya perlahan - lahan. Dia mencengkram pegangan tangga dengan kuat, Chaca menggigit bibir bawahnya kasar sambil terus berjalan.

"Kak Chaca. Tunggu. Rio mau tanya sesuatu.." Chaca tidak menggubrisnya,. dia terus berjalan.

"Pa. Rio nyusul Kak Chaca dulu. Ada yang mau Rio bicarain sama Kak Chaca. Ehm.. Nanti kalo mau makan malam, papa duluan aja yah. Rio sm Kak Chaca nyusul"

"Yasudah. Kalo ada apa - apa sama kakak kamu, langsung kasih tau papa. Soalnya kakak kamu itu susah dikasih tau"

"iya" pemuda yang disapa Rio itu menyusul sang kakak kekamarnya. Chaca? Dia sudah sampai dikamarnya. Tentu saja dia tak menyia - yiakan kesempatan emas itu untuk berbaring diatas kasur berwarna coklatnya itu.

"Hahhhhh....." Chaca memejamkan matanya perlahan dan mulai mencoba untuk tertidur.

Cklek.

Seseorang memasuki kamar Chaca dg pelan. Dia berjalan menghampiri tubuh Chaca yg terbaring dg seragam sekolah yang belum ia ganti sama sekali. Kemudian duduk disebelah tubuh Chaca.

"Kak? Rio mau tanya sesuatu"

"................" tak ada sahutan apapun dari Chaca. Dia masih memejamkan matanya.

"Kak Chaca... Udah deh gak usah pura - pura tidur. Rio tau kalo kakak baru aja masuk kamar. Bangun gak?!! Ato .........."

"Apa?" Chaca langsung mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Dia menatap lurus kedepan, tetap sama. Wajah tanpa ekspresi. Rio tersenyum menang. Dia membetulkan posisi duduknya menghadap sang kakak.

"Kak Chaca habis berantem lagi yah?"

"......................" Chaca tidak membuka mulutnya sedikitpun. Dia memutuskan untuk diam.

"Kak Chaca, jawab pertanyaan Rio. Kak Chaca berantem lagi?"

"....................."

"Kakak! Jawab!! Rio tanya sekali lagi, apa kak chaca berantem lagi?"

"Bukan urusan lo. Keluar dari kamar gue sana. Gue capek"

"Kakak! Liat Rio.Sampai kapan kak Chaca kayak gini terus?!! Gak kasian apa sama papa? Papa itu khawatir sama kak Chaca. Apalagi kerjaan kakak diluar itu berantem mulu. Kakak itu cewek, harusnya sikap kakak itu lebih lembut layak seorang cewek. Bukannya malah kayak preman gini. Ditambah lagi sifat cuek kakak yang gak ada matinya itu. Kalo kakak gak punya temen gimana? Untung masih ada Kak Excel yang sabar dg sifat kakak itu" Rio terus menyeramahi Chaca dg sekenanya. Sementara Chaca menutup telinga dg kedua tangannya.

Drrrrtttttt.

Handphone Chaca tiba - tiba bergetar. Rio yang dekat dengan tas Chaca langsung menyambarnya dan mencari Handphone Chaca. Setelah mendapatkannya, Rio membuka pesan masuk untuk Chaca.

[Via Sms]

"Cha. Lo baik - baik aja kan? Gue khawatir banget sama lo tau habisnya lo gak mau dibawa kerumah sakit sama ibunya anak yang lo tolong tadi. Ehm.. Sorry kalo gue ganggu lo tapi gue khawatir banget sama kondisi lo sekarang. Apa lo mau gue temenin kerumah sakit buat periksa? Takutnya ada apa - apa gitu"

Begitulah isi sms yang diterima Chaca barusan. Sementara Rio terdiam menatap layar handphone sang kakak. Chaca langsung merampas handphonenya kembali dan membaca apa yang sudah dilihat oleh adiknya itu. Chaca memejamkan mata kesal. Dia menghapus pesan yang Excel kirim tadi. Dan beralih berdiri untuk menarik Rio keluar dari kamarnya.

"Kak Chaca......"

"Gue tadi kan udah bilang, ini bukan urusan lo, jadi sebaiknya lo cepetan keluar dari kamar gue. Sebelum gue timpuk lo pake lampu meja" Chaca menarik lengan Rio menuju pintu kamarnya.

"Tapi kak Chaca???"

Cklek. Pintu kamar terbuka, tanpa basa - basi Chaca mendorong Rio keluar dari kamarnya dg cepat Chaca menutup dan mengunci pintu dari dalam. Rio mengetuk - ngetuk pintu kamar Chaca berusaha untuk masuk lagi kedalam. Chaca berjalan pincang keatas kasurnya, dia berbaring kembali diatasnya.

"Fiuhhh...."

Dari balik pintu Rio tersenyum. Dia merasa lega karna Chaca masih sama seperti dulu, sebelum nasib buruk itu terjadi. Sifat baik yang dimiliki oleh Chaca, kakak kesayangannya itu.

"Rio bangga sama kakak. Pasti mama juga sependapat sama Rio dari sana.."

#


Bersambung ............

Selasa, 09 September 2014

Driver Love 'Part 1'


Haii .....
Aku bawa cerita nih buat para pencinta cerita remaja. Karna, aku suka sport jadi aku buat alur serta judul cerita yang berhubungan dengan sport juga. Mungkin ceritanya masih amburadul, hehe biasa masih amatiran gitu. Tapi doain aja ya semoga bisa jadi penulis beneran. Amin ........ OK! Mending langsung masuk aja ke cerita yah, biar gak berlama - lama.

Happy Reading (:

Tema : Cinta Remaja
Judul : Driver Love "Part 1"
Penulis : Donna Clara Eureka Madong
Pemeran Cerita : Recha Arneta, Raka Sebastian, Exellia Wisma, Gio Saputra, Rio Anggara ( Adik Recha )

Ini ilustrasi para pemeran cerita "Driver Love"

Recha Arneta ( Chaca )













Rio Anggara ( Rio )


Raka Sebastian ( Raka )

Gio Saputra ( Gio )
Excellia Wisma ( Excel )

Ini aku kasih foto - foto mereka. Semoga suka.
Chaca dan Raka

Chaca dan Gio
Kalo yang ini Excel dan Gio

Nah yang ini Chaca dan adiknya Rio


#


Pagi yang indah untuk mengawali hari dengan "BIASA SAJA". Gadis tomboy yang bernama Recha Arneta atau biasa dipanggil Chaca sedang mengenakan sepatunya didepan teras rumah. Pada saat yang bersamaan Chaca mengenakan sepatunya dari arah dalam rumah, seorang cowok berteriak memanggil namanya.

"Kak Chaca ! Sepatu Rio mana ?" serunya sambil menghampiri sang kakak diteras rumah. Cowok ini bernama Rio Anggara ( Adik Chaca )

Rio melihat Chaca yang asik mengenakan sepatu berwarna putih dengan insial R. Rio membulatkan matanya dengan perih.

"Kak Chaca ! Kebiasaan deh, itu sepatu Rio kenapa dipakek sih"

"Pinjem bentar lah, pelit amat sih jadi adek"

"Pelit - pelit, Kak Chaca itu udah minjem hampir semua barang - barang Rio. Mulai dari baju, sepatu, topi, jaket, sweeter, tas, sabun mandi, shampo, pasta gigi, terus apalagi ya? Tau ah.. Pokoknya banyak"

Sangking asik menjabarkan apa saja yg sering dipinjam sama kakaknya itu tanpa disadari Chaca sudah tidak ada ditempatnya. Dia sudah berjalan pergi meninggalkan Rio yg baru sadar kalo dia udah nyelonong pergi keluar rumah.

"Kak Chacaaaaaaaaa!!!! Nyebelinkan!!"

Seperti biasa Chaca, berangkat dengan jalan kaki. Ya walau jarak sekolah sama rumahnya terbilang lumayan jauh deh. Sementara Rio, dia naik motor kesekolahnya. Chaca dan Rio beda sekolah, sebenernya sih ayah Chaca ingin Rio satu dengan sang kakak. Biar bisa saling menjaga gitu, tapi apa daya kalo Chaca sudah bilang tidak ya tidak. Keras kepala memang.

#

  Chaca baru saja sampai didepan gerbang sekolahnya. Dengan langkah malas Chaca mulai memasuki koridor sekolah, saat Chaca hampir memasuki kelas sebuah suara khas memanggil namanya, suara kalem yang agak sedikit cempreng karna dibuat teriak.

"Selamat pagi Cha" sapanya saat dia sudah berdiri disamping Chaca dg senyum manis yg dia punya.

"Ah. Pagi" sahut Chaca yg kemudian langsung berjalan masuk kedalam kelas dan duduk ditempat ia biasa duduk. Gadis manis yg tadipun mengikuti Chaca dari belakang dan duduk disebelah bangku Chaca.

"Oiya Cha, lo udah ngerjain PRnya Pak Juki belom?" tanya gadis manis itu sembari meletakkan tasnya keatas meja. Chaca menggeleng kemudian menggangguk.

"Yg bener yg mana sih, Cha? Udah ato belum? Gue bingung tau" Chaca menggeleng dan menggangguk lagi tetap dg ekspresinya yang sama. Gadis manis yang biasa dipanggil Excel itu berdecak sebal dg mulut yg dimanyukan.

"Chaca! Gue serius"

"Gue Chaca" ucap Chaca

"Yg nanya nama lo itu siapa?" Chaca tidak menyaut lagi, dia membenamkan wajahnya keatas meja yg datar itu dan menggerakkan kepalanya kearah kiri, membelakangi Excel.

"Huh.. Biar gue liat sendiri aja" Excel membuka tas Coklat milik Chaca dan mengobrak - abrik isi tas Chaca. Dia membuka salah satu buku yg ia cari, lalu melihatnya secara seksama.

"Lo baru ngerjain separuh?" tanya Excel masih dengan buku tulis Chaca yg ada ditangannya itu. Chaca menggangguk lalu mengangkat kepalanya menghadap Excel.

"Kalo gitu buruan salin jawaban gue, sebelum bel. Lo gak mau kan Pak Juki keluar tanduk lagi kalo tau ada anak didiknya yg lupa ato gak tuntas ngerjain tugas dari dia?" Chaca melihat Excel dengan tatapan malas bercampur wajah memelas. Excel paling tau ekspresi wajah itu, tanpa basa - basi Excel mengeluarkan buku tulisnya dan mulai menyalin soal - soal yang belum sempat Chaca kerjakan. Sementara sih Chaca kembali kealam mimpinya yg sempat terputus tadi. Excel menggeleng heran melihat Chaca yang begitu cuek dengan pendidikannya tapi otaknya itu encer pake banget. OH MY GOD.

"Untung aja, soal yg belum lo kerjain tinggal 3 nomer doang. Coba kalo semuanya belom lo kerjain, bisa putus tangan gue" dumel Excel sembari merapikan alat tulisnya yang sedikit berantakan. Dia menutup buku tulisnya dg sabar.

"Nih, udah selese" Excel menggeser buku tulis milik Chaca kearah meja Chaca. Kalo sih Chaca sih masih tidur. Baru beberapa menit Excel menghela nafas lega, tiba - tiba saja seseorang menggebrak mejanya kencang.

"Heh. Lo adek kelas belagu, gue peringatin sama lo sekali lagi. Jangan pernah sok - sok'an jadi pahlawan disekolah ini. Gue paling jijik sama adek kelas yg berani ngelawan. Mending lo nurut apa kata - kata kakak kelas lo daripada semua angkatan gue bertindak!" ujar orang itu. Excel menunduk takut, dia paling tidak bisa dibentak seperti itu. Ya walau kalimat itu bukan untuknya tapi HELLOOOOO tuh orang ngomong dideket Excel. Gimana gak takut coba.

"Cha. Bangun. Kak Raka ngamuk - ngamuk tuh sama lo" Excel mengoncang - goncangkan tubuh Chaca pelan.

"Cha.. Bangun dong"

"Apaan sih?!! Ganggu!" Sahut Chaca. Dia kembali menidurkan kepalanya keatas meja dengan santai, dan tak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya saat itu.

"Eh bangun lo. Gak usah pura - pura tidur! Ngomong aja lo takut sama gue!" Chaca mengangkat kepalanya dengan berat hati karna suara berisik orang itu mengganggu sekali.

"Mending lo diem, gue ngantuk! Suara lo itu ganggu banget" yang diomongin kayak gitu langsung membelalakan matanya, dia menggeser kasar tubuh Excel hingga dia terjatuh diiiiii...

Hap. Seseorang menangkapnya. Mata mereka saling bertemu disatu titik. Deg deg deg, detak jantu Excel tak dapat berdetak dengan normal. OH MY GOD cowok ganteng itu lagi, batin Excel.

"Lo gpapa kan? Maafin temen gue yah" ucap cowok itu yang biasa disapa Gio.

"Gue gapapa kok kak. Thanks yah"

Raka melihat Chaca yang masih asik tertidur hingga Raka menemukan akal untuk membangunkan Chaca. Dia segera meraih benda yang ada didepan matanya dan memulai aksinya...


"aaaaaaaa..."

#

Bersambung ......

Hayoo Chaca diapain sama Raka. Jangan Raka..... Aaaaa gak mungkin, masa sih. Haha tunggu part berikutnya yah guys. Thanks yg udah mau baca. Salam Doraemon :* hehe